"Misalnya ada anak yang lompat-lompat di kasur, yang dilarang bukan lompat-lompatannya tapi di kasurnya. Itu tempat tidur, bisa rusak, gatal-gatal, lompat-lompatnya di lantai atau di halaman rumah ya," kata Halimah memberi contoh.
"Dengan menetapkan batasan, anak jadi tahu, Oh aku ini bukan dimarahin karena aku sedang melakukan yang bersenang-senang. Tapi senang-senangku ini di tempat yang kurang tepat," sambungnya.
Menurut Halimah, pemberian batasan akan membuat anak berpikir logis terhadap sesuatu sehingga anak tidak mudah terpengaruh hal negatif.
"Jadi anak diajarkan bahwa ada batasan, ada konsekuensi, dan ada alasan. Dia akan jadi anak yang logis. Setiap dia berbuat sesuatu dia akan tarik lagi, dia akan jadi ngerti batasan dan dia akan ngerti soal batasan dia sendiri. Dia enggak gampang terbawa dengan hal-hal yang negatif," jelasnya.
Nah, itulah penjelasan soal cara mendidik anak yang keras dan lembut.
Lebih lanjut, Halimah mengatakan, mendidik anak yang baik adalah dengan mengenali diri sendiri.
Ia juga menyebut bahwa anak yang bahagia hanya bisa dibesarkan oleh ibu yang bahagia juga.
"Kalau ibu enggak bahagia, enggak punya me time, enggak punya aktualisasi diri, enggak ada istirahatnya, dia akan menjadi ibu yangg kurang baik dalam mengelola emosi, jadinya anaknya terdampak," pungkasnya.
Ya, semoga ini bisa membantu para ibu dalam mendidik anak.
Artikel ini telahg terbit di bhttps://nova.grid.id/read/053555184/mendidik-anak-harus-keras-atau-lembut-ini-penjelasan-praktisi-gentle-parenting?page=all