SonoraBangka.id - Perilaku seseorang di usia dewasa tidak muncul dengan sendirinya, sebagian bisa berasal dari pengalaman trauma masa kecil.
Seperti halnya orang dewasa, anak-anak juga bisa mengalami trauma.
Baik itu karena bencana, kecelakaan, hingga permasalahan keluarga.
Jika Moms dan Dads melihat perilaku Si Kecil berubah, sebaiknya hati-hati karena itu bisa jadi tanda ia mengalami trauma.
Namun, untuk mengatasi trauma pada anak, tentunya ini bukan hanya tugas Moms, tapi juga Dads sebagai ayah.
Lantas, apa yang bisa Dads lakukan untuk #BerperanSama mengatasi trauma pada anak?
Berikut ini penjelasannya.
Melansir dari Motherhood, inilah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk Dads #BerperanSama mengatasi trauma pada anak.
Setelah kejadian traumatis, Dads harus tetap waspada dan mengenali setiap perubahan perilaku atau emosi pada anak.
Dengan demikian, gejalanya dapat bervariasi, mulai dari mimpi buruk berulang dan kecemasan kronis hingga agresi yang tidak dapat dijelaskan dan perubahan suasana hati yang tiba-tiba.
Trauma tidak hanya memengaruhi kesehatan mental, Dads.
Penelitian telah menunjukkan hubungan antara stres masa kanak-kanak yang berkepanjangan dan risiko penyakit jantung yang lebih tinggi di masa dewasa.
Oleh karena itu, deteksi dini dapat secara signifikan mengurangi risiko kesehatan jangka panjang ini, memberikan kesempatan pemulihan yang lebih besar kepada anak.
Seni dapat memberikan jalan keluar yang kuat bagi anak-anak untuk mengungkapkan perasaan mereka.
Dads bisa mengajak Si Kecil menggambar, melukis, atau menulis, kegiatan kreatif dapat memberikan ruang terapeutik bagi anak untuk mengolah emosinya.
Dengan mengungkapkan pengalaman mereka melalui seni, anak-anak dapat lebih memahami perasaan mereka dan pada akhirnya meningkatkan penyembuhan.
Selain itu, Dads bisa mengajarkan anak untuk berlatih manajemen stres seperti teknik mindfulness, yoga, dan latihan pernapasan sederhana.
Latihan pernapasan yang teratur dapat menumbuhkan ketahanan, mengajari anak untuk
Teknik-teknik ini tidak hanya membantu saat ini, tetapi juga menanamkan keterampilan seumur hidup yang dapat digunakan anak di masa-masa sulit.
Mempertahankan rutinitas terstruktur dapat memberikan stabilitas dan kenormalan di masa-masa kacau.
Rutinitas ini harus mencakup diet seimbang, aktivitas fisik teratur, dan tidur yang cukup.
Rutinitas normal juga dapat menawarkan rasa kendali, perasaan yang sering hilang setelah peristiwa traumatis.
Selain itu, penyembuhan dari trauma merupakan perjalanan panjang yang membutuhkan kesabaran dan ketekunan.
Berikan kepastian terus-menerus dan rayakan kemenangan kecil, betapapun kecilnya kelihatannya.
Dukungan, kesabaran, dan pengakuan Dads atas kemajuan anak dapat secara signifikan meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi anak dalam perjalanan penyembuhan mereka.
Permainan terapeutik adalah metode yang efektif bagi anak-anak untuk mengkomunikasikan perasaan mereka.
Sesi bermain terstruktur yang dipandu oleh seorang profesional dapat memberi manfaat, seperti:
- Membantu anak-anak memproses dan mengekspresikan emosi mereka dengan lebih efisien
- Menumbuhkan pemahaman dan penyembuhan dengan cara yang mudah didekati dan menarik
Tidak ada salahnya mencari bantuan profesional.
Profesional kesehatan mental, seperti terapis dan psikolog, memiliki keahlian dan pelatihan yang dibutuhkan untuk membantu proses anak dan mengatasi pengalaman traumatis.
Konsultasi rutin dapat menyediakan landasan terstruktur bagi anak untuk mengungkapkan perasaan mereka dalam lingkungan yang aman dan terkendali.
Jadi, itu dia Dads beberapa cara #BerperanSama mengatasi trauma pada anak.
Semoga bermanfaat ya!
Artikel ini telah terbit di https://nakita.grid.id/read/023849680/jangan-diam-saja-jika-anak-mengalami-trauma-dads-perlu-berperan-sama-untuk-mengatasinya-begini-caranya?page=all