SonoraBangka.id - Diketahui, hingga saat ini harga beras telah menjadi keluhan masyarakat karena terus merangkak naik.
Ombudsman Republik Indonesia (RI) telah mengungkapkan tiga penyebab utama yang menyebabkan harga beras di Indonesia menjadi mahal.
Tidak sedikit orang yang mengaitkan harga beras mahal karena dampak El-Nino yang menyebabkan kemarau dan kekeringan sehingga berdampak ke pertanian.
Berbeda dengan sejumlah pihak, menurut Ombudsman RI, ada tiga faktor utama yang berkontribusi pada kenaikan harga beras, dan bukan karena El Nino seperti yang dikhawatirkan oleh banyak orang.
Ketiga faktor tersebut adalah permasalahan iklim, permasalahan di hulu, dan permasalahan di hilir.
Dalam hal permasalahan iklim, Ombudsman RI menjelaskan bahwa dampaknya terhadap kenaikan harga beras sebenarnya tidak begitu signifikan.
Anggota Ombudsman RI, Yeka Hendra Fatika, mengatakan bahwa iklim tidak memiliki dampak signifikan terhadap kenaikan harga beras, meskipun beberapa daerah mungkin mengalami penurunan produksi padi akibat iklim yang buruk.
Namun, produksi masih dapat dipasok dari daerah lain yang tidak terpengaruh oleh perubahan iklim.
Yeka Hendra Fatika menegaskan bahwa pengaruh iklim lebih berlaku di lokasi tertentu daripada secara umum di semua wilayah.
"Sejauh mana apakah permasalahan iklim ini bisa disimpulkan. Misalnya saat ini nasional terjadi penurunan produksi padi karena iklim? Kami tidak bisa jawab itu, namun kalau kita berbicara spesifik lokasi maka pengaruh iklim itu ada di lokasi tertentu. Apakah berlaku secara umum di semua wilayah? Belum tentu," jelasnya dikutip dari Kompas.com, Senin (18/9/2023).
Faktor kedua yang berkontribusi pada kenaikan harga beras adalah permasalahan di hulu.
Ini mencakup penurunan luas lahan pertanian, keterbatasan sarana produksi pertanian, masalah benih, dan subsidi pupuk.
Yeka mengkhawatirkan penurunan luas lahan pertanian yang terjadi setiap tahunnya, sekitar 200.000 hektar menurut Badan Pusat Statistik (BPS).
Dia mengatakan bahwa langkah-langkah seperti pencetakan lahan baru atau inovasi diperlukan untuk mengatasi penurunan ini.
Yeka juga menyoroti keterbatasan sarana produksi pertanian, masalah benih, dan persoalan subsidi pupuk sebagai faktor-faktor penting di hulu yang berkontribusi pada kenaikan harga beras.
"Ada keterbatasan sarana produksi pertanian, ada permasalahan benih. Nah benih ini menarik, siapa di republik ini yang menjamin benih ini berkualitas? Tidak ada. Belum lagi persoalan subsidi pupuk. Itu permasalahan di hulu," katanya.
Faktor terakhir adalah permasalahan di hilir, yang mencakup naiknya komponen produksi seperti sewa lahan, pupuk, dan BBM.
Permasalahan di hilir juga meliputi berkurangnya pasokan gabah dari petani, penutupan pabrik penggilingan padi kecil, penurunan produksi beras, serta ketidakpastian atau keterlambatan dalam impor beras yang mengakibatkan pasokan beras menjadi tidak stabil.
Kenaikan harga beras juga terkait dengan naiknya biaya produksi seperti sewa lahan yang mencapai Rp12-16 juta per hektar per musim tanam, di luar biaya sewa lahan yang sebelumnya sekitar Rp8 juta pada tahun 2021.
"Kalu permasalahan di hilirnya ada komponen produksi naik, sewa lahan naik, pupuk, BBM naik. Dari yang 2021 di luar sewa lahan Rp8 juta sekarang naik Rp12-16 juta per hektar per musim tanam di luar sewa lahan," pungkasnya.
Jadi, dengan pemahaman akan faktor-faktor ini, diharapkan langkah-langkah yang tepat dapat diambil untuk mengatasi masalah kenaikan harga beras di Indonesia.
Artikel ini telah tayang di BangkaPos.com dengan judul Bukan Karena Dampak El Nino, Ombudsman Sebut Tiga Faktor Ini Penyebab Harga Beras Naik, Termasuk BBM, https://bangka.tribunnews.com/2023/09/20/bukan-karena-dampak-el-nino-ombudsman-sebut-tiga-faktor-ini-penyebab-harga-beras-naik-termasuk-bbm?page=all.