3. Pembagian tugas dan tanggung jawab
“Pola umum lainnya adalah masalah pembagian kerja yang dianggap kurang adil,” kata Rueschemeyer. “Sang ayah bekerja berjam-jam untuk menghasilkan uang bagi keluarga, istrinya mengurus anak dan pekerjaan rumah tangga, dan mereka pun semakin terpisah."
"Ayah bekerja merasa kesal karena harus bertanggung jawab mencari nafkah, dan ibu merasa kesal karena tanggung jawab di rumah sangat banyak. Mereka merasa harus terus bekerja tanpa istirahat. Hal ini menimbulkan ketidakpuasan dan bisa berujung perceraian."
4. Harapan yang berbeda
Clint Brasher, seorang pengacara di Texas dan Louisiana, mengatakan pasangan sering kali berpisah karena harapan mereka terhadap pernikahan tidak selaras. “Pasangan sering kali bercerai karena kesulitan dalam mengungkapkan kebutuhan dan kekhawatiran mereka secara efektif,” katanya.
“Perpecahan yang tidak dapat diatasi dapat terjadi ketika pasangan mempunyai perspektif yang berbeda mengenai masa depan mereka, misalya ingin punya anak atau tidak, harapan soal karir, dan lainnya. Dengan menetapkan tujuan bersama, pasangan mungkin menumbuhkan kesesuaian mengenai harapan masa depan.”
5. Hilangnya perasaan emosional
“Perceraian seringkali bukan disebabkan oleh kurangnya cinta, tapi kurangnya pemahaman,” kata Rod Mitchell, psikolog terdaftar di Therapy Calgary Emotions Clinic. "Jarak emosional, bukan fisik, yang menciptakan kehancuran sebuah pernikahan."
6. Perselingkuhan
“Ketika salah satu pasangan berselingkuh, hal itu menghilangkan kepercayaan dan sering kali menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki dalam hubungan,” kata Michelle English, LCSW, salah satu pendiri dan manajer klinis eksekutif Healthy Life Recovery di San Diego, California.