SonoraBangka.id - Selama beberapa bulan terkahir, sejak pandemic Covid-19 anak-anak banyak menghabiskan waktu di rumah.
Nah, apa yang paling sering dilakukan anak-anak selama masa pandemi saat ini ?
Tentunya, selain belajar melaului daring, anak-anak banyak menghabiskan waku dengan bermain handphone atau nonton televisi.
Memang, televisi tidak hanya digemari oleh anak-anak saja, melainkan orang deawasa juga. Karena selain sebagai hiburan dirumah, juga sebagai sumber informasi.
Totntonan yang beragam di televisi menambah betah anak-anak untuk berlama-lama didepan televisi.
Sebenarnya, bolehkah anak nonton TV?
Karena sebagian anak bahkan menghabiskan banyak waktunya hanya untuk menonton TV.
Hal ini dianggap dapat berpengaruh buruk pada fisik maupun mental anak.
Nah, ternyata memperbolehkan anak nonton TV sebelum usia 18 bulan dapat memberikan dampak yang buruk.
Melihat layar, termasuk menonton TV, sebelum usia 18 bulan membawa dampak negatif yang bertahan lama pada perkembangan bahasa, keterampilan membaca, dan memori jangka pendek anak.
Berikut merekomendasikan waktu layar (screen time) untuk anak dari Akademi Kedokteran Anak Amerika Serikat (APA):
Jika terlalu sering nonton tv, maka akan berdampak negatif bagi anak karena bisa mempengaruhi kemampuan belajarnya.
Efek negatif anak nonton TV
Selain memberikan kesenangan bagi anak, menonton tv juga bisa berdampak negatif.
Beberapa efek negatif yang mungkin terjadi pada anak karena kebiasaan menonton TV, yaitu:
Memiliki Masalah Tidur
Kebanyakan anak tidak dapat membedakan antara fantasi dan kenyataan sehingga ketika mereka menonton hal yang menakutkan atau berbau kekerasan, maka dapat menyebabkan sulit tidur dan mimpi buruk.
Jadwal tidur yang teratur adalah bagian penting dari tidur yang sehat.
Maka dari itu, dengan menonton TV maka tentu akan berpengaruh terhadap pola tidur dan gangguan tidur pada anak-anak dan remaja.
Mengalami kenaikan berat badan
Ketika menatap layar, termasuk menonton TV, anak-anak tidak akan bergerak aktif dan cenderung untuk ngemil.
Sehingga jika mereka menghabiskan lebih dari 4 jam per hari untuk menonton TV juga cenderung mengalami kelebihan berat badan karena tak bergerak aktif.
Selain itu,kebanyakan anak akan tergiur dengan iklan yang ditayangkan sehingga mendorong mereka untuk memakan makanan yang tidak sehat.
Penurunan kebiasaan anak menonton TV terbukti membuat kenaikan berat badan menjadi lebih sedikit dan indeks massa tubuh yang lebih rendah. Hal ini terbukti dari hasil sebuah penelitian.
Cara yang baik untuk mempertahankan berat badan yang sehat untuk anak anak adalah dengan mengajak mereka untuk bermain di luar.
Menunjukkan masalah perilaku
Karakter-karakter di televisi banyak menayangkan perilaku yang buruk, dan itu memungkinkan anak untuk meniru perilaku tersebut.
Anak-anak juga saat melihat acara kekerasan di TV cenderung menunjukkan perilaku agresif, merasa dunia menakutkan, dan khawatir sesuatu yang buruk akan terjadi pada dirinya.
Penelitian menunjukkan bahwa remaja yang menonton program berbau seksual di TV lebih mungkin memulai hubungan seks lebih awal daripada teman sebayanya yang tidak menonton.
Sementara, iklan rokok atau orang yang merokok di acara TV dapat mendorong anak untuk meniru karena merasa perilaku tersebut diterima oleh masyarakat.
Anak-anak terdorong untuk meniru apa yang ditayangkan di telivisi. Karena mereka pikir bahwa apa yang telah ditayangkan tersebut tentu diterima oleh masyarakat. Seperti iklan rokok atau orang yang merokok dalam suatu adegan ditelevisi.
Sementara itu, hubungan antara menonton televisi dan usia mulai merokok lebih kuat dibanding dengan teman yang merokok, orangtua yang merokok, ataupun jenis kelamin.
Merokok yang dilakukan oleh karakter film dapat meningkatkan kemungkinan penontonnya untuk ikut merokok.
Oleh karena itu, sangat penting bagi orangtua untuk mengawasi tontonan anak, dan menetapkan batasan waktu menonton TV agar tidak terlalu banyak menghabiskan waktunya di depan layar.
Orangtua harus pintar memilih tontonan untuk anak-anaknya. Seperti keterampilan bahasa dan berhitung.
Sangat dianjurkan jika orangtua tidak mengizinkan anak melihat program TV yang mengandung unsur kekerasan.
Dan orangtua pun harus memberika pengertian pada anak secara jujur dan meyakinkan tentang program yang ditonton anak.
Penting bagi orangtua untuk mengajarkan anak bercerita, membaca, bernyanyi , mendengarkan musik serta bermain bersama untuk perkembangannya daripada menonton TV.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Anak Nonton TV Terlalu Sering? Waspadai Dampak Negatifnya", Klik untuk baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2020/08/03/060600420/anak-nonton-tv-terlalu-sering-waspadai-dampak-negatifnya?page=3.