"Karena dibohongi, anak-anak berhenti memercayai orangtua mereka dan mereka cenderung tidak merasa berkewajiban untuk mengatakan kebenaran," demikian diungkapkan studi tersebut, seperti dilansir British Psychological Society (BPS) Research Digest.
Tak hanya itu, para partisipan yang saat kecilnya lebih sering dibohongi oleh orangtuanya juga cenderung memiliki tingkat maladjustment yang tinggi ketika dewasa.
Maladjustment sendiri adalah ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang menimbulkan masalah perilaku, dalam hal ini masalah bisa berupa agresi.
Namun, muncul beberapa pertanyaan tentang apakah kesimpulan sebab-akibat tersebut sesederhana kelihatannya.
Sebab, orangtua yang terus-menerus berbohong kepada anak-anak mereka, misalnya, mungkin juga memiliki masalah relasi mendasar lainnya yang berkontribusi pada masalah anak di usia dewasa kelak.
Artinya, mungkin juga ada masalah lain yang lebih mendalam dan kompleks yang bisa menjelaskan mengapa anak memiliki perilaku tertentu ketika remaja atau dewasa.
Pada studi tersebut, para peserta juga diminta untuk mengingat pengalaman masa kecilnya, seperti konflik dalam keluarga, kematian atau keterasingan, yang mungkin dapat memengaruhi pandangan mereka.
Namun, terlepas dari kekurangan yang mungkin dimiliki studi tersebut, orangtua memang seharusnya berpikir matang-matang sebelum menyampaikan kebohongan pada anak, sekalipun itu dianggap sebagai kebohongan demi kebaikan atau sekadar untuk menenangkan dan menghibur anak jelang waktu tidur.
Nah, mungkin hal ini butuh usaha dan waktu yang tidak sebentar, namun mungkin akan sepadan demi perkembangan anak yang lebih baik ketika mereka dewasa kelak.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Orangtua Jangan Sering Bohong, Ini Dampak pada Anak Saat Dewasa", Klik untuk baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2021/01/27/060700020/orangtua-jangan-sering-bohong-ini-dampak-pada-anak-saat-dewasa?page=2.