Penggunaan stunting sebagai indikator status gizi dapat mengalihkan perhatian dari masalah lingkungan dan sosial yang memiliki dampak besar terhadap pertumbuhan anak,” ujar Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia ini.
Para ahli mengemukakan pemikiran bahwa masalah stunting bukan hanya nutrisi, tetapi juga masalah sosial, ekonomi, politik, dan emosional.
Kesenjangan sosial dan kurangnya kesempatan mobilisasi sosial di suatu populasi diduga lebih berkontribusi pada pendeknya tinggi badan.
Studi tentang pertumbuhan anak balita Korea Utara dan Korea Selatan pada tahun 2009 menunjukkan bahwa anak balita di Korea Selatan lebih tinggi 6-7 cm dibandingkan Korea Utara.
Populasi Jerman Timur juga lebih pendek jika dibandingkan populasi Jerman Barat sebelum Tembok Berlin diruntuhkan.
”Berdasarkan berbagai penelitian, dalam mengatasi stunting dan meningkatkan kesehatan anak Indonesia perlu melihat faktor sosial, ekonomi, politik, dan emosional.
Pencegahan dan deteksi dini sangat penting dalam manajemen gangguan pertumbuhan seperti stunting, sehingga sistem yang sudah berjalan di Indonesia berpotensi untuk ditingkatkan, misalnya penggunaan buku KIA dan pemanfaatan Posyandu,” papar Aman.
Sementara itu di era teknologi, penggunaan aplikasi untuk memantau tumbuh kembang anak juga penting sehingga orangtua dapat melakukan upaya deteksi dini jika anaknya mengalami gangguan pertumbuhan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Penyebab Anak Stunting Tak Cuma Faktor Kurang Gizi", Klik untuk baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2021/03/15/175106720/penyebab-anak-stunting-tak-cuma-faktor-kurang-gizi?page=all.