Namun, kepatuhan terhadap aturan di banyak industri rendah dan perubahan berjalan lambat. Selain itu, undang-undang perlindungan lingkungan secara rutin diabaikan, memungkinkan pabrik-pabrik China untuk mengurangi biaya pengelolaan limbah.
4. Diskon pajak bagi konsumen
Kebijakan pajak ekspor dimulai tahun 1985 di China sebagai cara untuk meningkatkan daya saing ekspornya dengan menghapuskan pajak berganda atas barang ekspor. Barang ekspor dikenakan pajak pertambahan nilai (PPN) nol persen, yang berarti mereka menikmati kebijakan pembebasan PPN atau potongan harga.
Selain itu, produk konsumen dari China dibebaskan dari pajak impor apa pun. Tarif pajak yang lebih rendah ini membantu menjaga biaya produksi tetap rendah, memungkinkan negara untuk menarik investor dan perusahaan yang ingin memproduksi barang-barang murah.
5. Perang tarif produk China dan AS
Pada Juli 2018, AS mengumumkan tarif khusus produk China dengan menargetkan 818 produk impor China senilai 34 miliar dollar AS. Ini adalah putaran pertama dari banyak tarif yang dikenakan oleh kedua negara.
Pengenaan tarif tersebut menghasilkan 550 miliar dollar AS untuk AS yang diterapkan pada produk China dan China atas produk AS senilai 185 miliar dollar AS per Februari 2020.
Seiring waktu, AS diperkirakan akan merasakan dampak dari perang tarif ini dalam bentuk peningkatan biaya barang, sementara ekonomi China diperkirakan akan mengalami perlambatan.
6. Mata uang China
China pernah dituduh menekan nilai mata uangnya bernama Yuan untuk mengunggulkan produk ekspornya terhadap produk yang sama yang diproduksi oleh pesaingnya yaitu AS.
China terus memantau apresiasi nilai mata uangnya dengan membeli dollar AS dan menjual Yuan. Hal ini menyebabkan nilai Yuan undervalued sebesar 30 persen terhadap dollar pada akhir 2005.
Namun, tren ini berbalik sehingga membuat nili Yuan melemah terhadap dollar AS mulai Juni 2018 ketika AS memberlakukan tarif pada produk China.
Pada 8 Agustus 2019, bank sentral China menurunkan nilai Yuan menjadi 7,0205 per dollar AS, level terlemah sejak April 2008. Pelemahan Yuan membuat ekspor China lebih menarik dan dipandang sebagai respons China terhadap perang dagangnya dengan AS.
Jadi itulah beberapa alasan kenapa banyak produk made in China di dunia. Ternyata ketersediaan tenaga kerja yang murah hanya salah satu faktor alasan dari pertanyaan tersebut.
Dibutuhkan lebih dari sekadar biaya tenaga kerja yang rendah bagi negara berkembang untuk membangun ekosistem bisnis yang dapat bersaing dengan China. (*)