"Hari ini saya beli 8 rak harganya sekitar Rp420 ribu lebih. Biasanya saya enggak pernah ngeluarin modal sampai segitu, paling mentok hanya Rp370-380 ribu," ucapnya.
Akibat kenaikan ini, dirinya mengakui bahwa omset perharinya turun cukup drastis. Bahkan, beberapa orang yang sempat mampir ke lapak miliknya, hanya sekedar menanyakan harga dan bergegas pergi.
"Kadang orang-orang datang nanya harga dan enggak jadi beli. Makanya agak sepi beberapa hari ini," tambahnya.
Suri menyebutkan, kenaikan harga telur ayam terjadi sejak pertengahan bulan Desember 2021 atau sebelum natal.
Menurutnya, salah satu alasan naiknya harga telur ayam tersebut dikarenakan tingginya gelombang air laut yang membuat suplai menjadi sedikit terhambat.
"Rata-rata yang jual telur ayam di Pasar Kite ini ngambilnya dari Pelembang. Tapi yang dari lokal Bangka Belitung pun harganya juga naik, paling cuma beda Rp100 saja," lanjutnya.
Selain itu, Sobir (72) salah seorang pemilik warung kelontong mengaku sudah hampir seminggu ini dirinya tidak menjual telur ayam.
Pasalnya, dirinya tidak ingin telur ayam yang dibeli nantinya menjadi tidak laku karena tingginya harga.
"Anggap aja kita beli modalnya Rp1.900 per butir, berarti paling enggak kita harus jual Rp2.000-2.100 kan.
Kalau kayak gitu pasti orang-orang lebih milih beli di Pasar, makanya saya enggak jual dulu sementara ini, takut telurnya jadi busuk kalau enggak laku," kata Sobir.
Menurutnya, harga telur dan sejumlah bahan pokok lainnya bakal kembali normal ketika kondisi gelombang dan angin laut sudah mulai tenang.
"Biasanya bulan-bulan Februari harganya sudah turun, soalnya kapal-kapal yang bawa stok bahan-bahan makanan jadi lebih mudah untuk berlayar," ucapnya.
Artikel ini telah tayang di BangkaPos.com dengan judul 5 Tahun Berjualan, Pedagang di Pasar Kite Sungailiat: Kenaikan Harga Telur Tahun Ini Rekor Tertinggi, https://bangka.tribunnews.com/2021/12/28/5-tahun-berjualan-pedagang-di-pasar-kite-sungailiat-kenaikan-harga-telur-tahun-ini-rekor-tertinggi?page=2.