Ilustrasi single parent
Ilustrasi single parent ( christianheadlines.com)

Cerita Mengharukan dari Mommy ASF Viral, Bagaimana Single Parent Hadapi Perubahan?

21 Januari 2022 08:45 WIB

SonoraBangka.id - Tahun 2019 yang lalu netizen ramai membicarakan kisah viral dari akun Facebook Mommy ASF.

Lewat akunnya itu, Mommy ASF membagi cerita tentang perjuangan seorang single parent mencari biaya untuk menghidupi dirinya dan anak-anaknya.

Ia terpaksa bercerai dari suami, karena sang suami diam-diam melakukan poligami.

Dulu, waktu masih ada suami, semua kebutuhan keluarga dibiayai suami.

Pas, bercerai, suami tidak memberikannya nafkah, sehingga Mommy ASF yang terbiasa menjadi ibu rumah tangga pun harus mulai mencari nafkah.

Masalah finansial yang dihadapi Mommy ASF sebagai single parent memang cukup menghantui banyak ibu tunggal pasca berpisah dengan suami.

Hal ini juga diungkapkan oleh sekretaris Komunitas Single Moms Indonesia, Bresti Nuradita Ariane.

“Di kami, single mom paling banyak dari bercerai. Masalah utama mereka, ya, finansial. Karena, ada banyak yang tidak dinafkahi oleh mantan suami,” jelasnya.

Masalah ekonomi memang tidak mudah untuk dihadapi oleh single mom, walaupun menurut Bresti, rata-rata single mom di komunitasnya merupakan pekerja. Akan tetapi, tetap saja, membiayai anak bukan hal mudah untuk dilakukan.

Meskipun finansial jadi masalah utama single parent, bukan berarti urusan psikologis tak jadi penting.

Oriza Sativa, psikolog klinis mengungkapkan bahwa single parent memiliki luka pada masa lalu yang tidak mudah untuk disembuhkan begitu saja.

“Ibu tunggal juga banyak menerima bully dari lingkungan yang membuat dia mudah depresi,” jelasnya. Stigma negatif pada ibu tunggal memang lebih lekat dibandingkan bapak tunggal.

Begitu banyak masalah yang dipikul seorang ibu tunggal yang menurut Oriza itu bukan pekerjaan mudah, terlebih ibu merupakan manager rumah tangga.

Ilustrasi single parent
Ilustrator: Irfan Maki
Menjadi Single Parent Tak Perlu Rapuh Seperti Layangan Putus, lho!

Hidup Bagaikan Zombi

Saat seorang ibu bercerai, ada begitu banyak masalah yang dihadapi.

Pertama, biasanya mereka cenderung membuat citra negatif terhadap tubuhnya.

Tekanan sosial membuat single parent menjadi lebih pesimis dengan hidupnya, terutama untuk membenahi keluarganya.

“Banyak istri yang bercerai merasa dirinya gagal. Dia terus merasa rendah diri, terpukul, dan depresi,” jelas Oriza.

Namun, kasus itu biasanya menimpa istri yang bercerai dengan suaminya.

Sebab, jika istri yang ditinggal suami meninggal, mereka cenderung bisa menerima keadaan.

Bagi single parent yang bercerai, mereka umumnya menganggap diri mereka tidak berarti lagi untuk hidup di dunia.

“Mereka banyak yang enggak optimis. Hidup jadi stagnan, seperti zombi aja jadinya, tapi enggak berusaha untuk membenahi kehidupannya,” tutur Oriza.

Meski demikian, ibu yang bercerai akan sebisa mungkin memenuhi peran ayah di rumah, salah satunya pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga.

 

Biasanya seorang single parent fokusnya adalah masa depan anak-anaknya.

“Kalau enggak bisa memenuhi peranan ayah di rumah, ibu akan merasa gagal lagi. Dan itu dibutuhkan rasa optimis untuk membenahi kehidupannya lagi,” jelas Oriza.

Ya, tapi, itu membutuhkan waktu dan proses agar hidup normal kembali. 

Harus Terima Kenyataan

Usai bercerai, banyak perubahan yang dialami seorang single parent terutama ibu yang mengemban tugas merawat anak-anak mereka.

Jika dahulu saat punya suami, semua kebutuhan keluarga tercukupi dengan baik, saat sendiri tentunya itu tidak bisa terpenuhi lagi.

Namun, masalahnya, masih banyak single parent yang belum bisa adaptasi dengan kenyataan yang ada, sehingga finansial pun menjadi masalah yang begitu berat.

“Enggak bisa hidup seperti dahulu saat punya suami. Mungkin dulunya bisa ke salon sebulan dua kali, tentunya sekarang enggak bisa lagi,” jelas Tejasari, pakar keuangan.

Kita pun harus merelakan ego untuk menjalani hidup sesuai dengan kenyataan.

Misalnya saja, saat dulu punya suami, anak-anak dimasukkan ke sekolah internasional dengan biaya per bulan Rp10 juta.

Setelah menjadi single parent, bukan tak mungkin kita perlu memindahkan anak ke sekolah yang biayanya lebih murah.

Ya, mau tak mau, memang kita yang harus menyesuaikan diri dalam perubahan.

Jika terbiasa menjadi ibu rumah tangga, kita bisa mencoba untuk membuka usaha dengan melakukan bisnis online.

Dan, bagi perempuan bekerja, tentunya kita harus mencari tambahan yang bisa mencakupi keuangan rumah tangga.

Tapi, balik lagi, pada nyatanya itu pun tidak mudah untuk mengatur kebutuhan rumah tangga.

“Banyak ibu tunggal kemudian berhadapan dengan isu kepemilikan aset. Terutama soal rumah. Enggak itu saja, ada lagi masalah utang,” jelas Ligwina Hananto, Lead Financial Trainer dan QM Financial.

Oleh karena itu, ketika menjadi single parent, salah satu hal penting yang perlu dilakukan adalah cepat beradaptasi dengan pendapatan yang ada.

Tak hanya itu, Ligwina juga menyarankan untuk cakap dalam mengatur keuangan rumah tangga dengan tepat.

Pasalnya, selama ini masih banyak perempuan yang belum pandai dalam mengatur keuangan rumah tangganya.

Ilustrasi single parent
Ilustrator: G.M, Aryodhia
Menjadi Single Parent Tak Perlu Rapuh Seperti Layangan Putus, lho!

Otoritas Jasa Keuangan pada 2019 mencatat bahwa indeks literasi keuangan perempuan masih lebih rendah dibandingkan laki-laki (laki-laki 39,94% sedangkan perempuan 36,13%).

Oleh karena itu, Ligwina menyarankan untuk segera mungkin seorang single parent mencari pendapatan dan mengatur keuangan dengan baik.

Diungkapkannya bahwa proses ini disebut financial check up. Perlu sekali untuk ibu tunggal mengetahui posisi keuangannya saat itu, agar tahu apa yang dapat dilakukan.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
101.1 fm
103.5 fm
105.9 fm
94.4 fm