SonoraBangka.id - Tidak kalah dari kota lain, Busan juga menghadirkan desa wisata, yakni Gamcheon Culture Village.
Gamcheon Culture Village sajikan suasana kehidupan Korea di masa lampau.
Dengan posisinya yang di atas bukit, dari Gamcheon Culture Village juga bisa melihat pemandangan kota Busan.
Tempat tinggal pengungsi
Gamcheon Culture Village berada di Gamcheon-dong, distrik Saha, Busan.
Untuk mencapainya bisa menggunakan bus yang berhenti tepat di depan Gamcheon.
Ada banyak petunjuk dalam bahasa Korea dan Inggris yang memudahkan turis atau pendatang.
Pada tahun 1950-an Gamcheon merupakan distrik tempat tinggal pengungsi korban Perang Korea.
Berasal dari berbagai kota di Korea Selatan, jumlah pengungsi ini mencapai ribuan orang.
Mereka menempati kawasan sempit dan membangun rumah ala kadarnya di atas bukit.
Rumahnya kecil dan saling tumpang tindih di lorong-lorong sempit yang berkelak-kelok.
Dalam perkembangannya, kondisi ini menciptakan bentuk jalan seperti labirin yang unik dan cantik.
Disertai warna-warni rumah yang beragam, perkampungan itu justru jadi terlihat estetik.
Tahun 2010, pemerintah setempat merevitalisasi Gamcheon Culture Village agar semakin indah.
Infrastruktur dilengkapi, jalanan yang sempit dihiasi mural dan patung yang menarik perhatian turis.
Dari patung Little Prince sampai mural BTS
Berkunjung ke Gamcheon Culture Village harus siap jalan kaki dan capek karena harus mendaki.
Tetapi semua lelah itu akan sirna karena pemandangan distrik ini begitu cantik dan menggemaskan.
Tangga-tangga dihiasi warna warni ditambahkan ornamen cantik pada dinding atau tangganya.
Ada beberapa tempat yang bisa bisa dikunjungi, seperti patung Little Prince dan Serigala dan mural anggota BTS.
Kemudian Little Museum yang mengambarkan suasana Gamcheon zaman dulu.
Serta Cloud Observatory yang bisa melihat pemandangan kota dari ketinggian.
Tidak perlu khawatir kesasar karena banyak petunjuk jalan berbentuk ikan yang dipasang di setiap sudut.
Stempel unik
Uniknya wisata Gamcheon Culture Village adalah bisa mengumpulkan stempel.
Di beberapa spot terpasang kotak stempel sebagai penanda orang sudah datang ke sana.
Banyak orang sengaja menghabiskan waktu seharian demi mengeskplorasi dan mengumpulkan stempel.
Setelah puas berjalan-jalan, bisa bersantai di sejumlah kafe dan restoran setempat.
Di sini ada banyak tempat nongkrong dengan tema-tema unik.
Bisa kulinernya makanan tradisional korea atau pun menu kekinian.
Seperti kafe dengan tema avant garde, tema serba kayu dan jadul ataupun kafe di rooftop.
Siapa nih yang mau ke korea?
Artikel ini telah terbit di https://www.kabarbumn.com/ragam/115281324/desa-warna-warni-bekas-pengungsi-perang-di-busan-korea-selatan-tidak-kalah-unik-dari-santorini?page=3