Seoorang yang diduga mempelai wanita melemparkan celana dalam untuk meredakan hujan saat hajatan
Seoorang yang diduga mempelai wanita melemparkan celana dalam untuk meredakan hujan saat hajatan ( tangkapan layar)

Viral, Video Pengantin Lempar CD ke Atap untuk Redakan Hujan Saat Hajatan, Ini Kata BMKG dan Sosiolog

23 Februari 2025 06:55 WIB

Ia melihat, ada juga kelompok masyarakat yang kini sudah tidak mempercayai ritual semacam itu. Sebab, kini sudah muncul juga komparasi yang bisa diterima secara rasional untuk memodifikasi cuaca, termasuk adanya teknologi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). 

"Sehingga tradisi pawang hujan entah itu menggunakan celana dalam, tabung resonansi, dan atribut lainnya sudah dianggap sebagai tindakan yang tak bisa dimengerti atau irrasional," jelas Drajat.

Menurut dia, terjadinya perdebatan soal fenomena pawang hujan lumrah jika menimbulkan perdebatan. Ia memandang, perdebatan ini disebabkan oleh ada sebuah gap pengetahuan yang dimiliki oleh setiap individu.

"Gap pengetahuan tidak sekedar jenjang tinggi rendah tapi ini soal kategorial pengetahuan A dan pengetahuan B," imbuhnya. Di satu sisi, orang-orang yang masih mempercayai atau melakukan tradisi pawang hujan mendasarkan diri pada pengetahuan teologis.

Di sisi lain, mereka yang tidak menerima tradisi pawang hujan mendasarkan diri pada pengetahuan positif yang mengedepankan sebab-akibat. "Tradisi pawang hujan kan mereka memanipulasi cuaca iklim dengan mantra-mantra.

Beberapa hal memang tidak bisa dipahami karena memang basis habitus pengetahuannya berbeda," terangnya.

BMKG sebut kearifan lokal

Sementara itu, Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Guswanto, menyebut kebiasaan melempar celana sebagai upaya menangkal hujan merupakan kearifan lokal.

Menurutnya, tradisi tersebut sudah cukup lama terdengar dan dilakukan khususnya oleh masyarakat suku Jawa. 

"Biasanya, tradisi itu dilakukan saat hari pernikahan," jelas Guswanto. Ia pun mengaku telah mendengar ada beberapa kearifan lokal lain yang telah dilakukan masyarakat dalam menangkal hujan.

Itu termasuk, membalikkan sapu lidi, melempar pacul, sapu dan sabit ke luar rumah, tidak mandi saat menyelenggarakan acara, menancapkan bawang merah, bawang putih dan cabe, dan sebagainya.

Guswanto menegaskan, tindakan itu tentu sangat berbeda dengan modifikasi cuaca yang dilakukan oleh BMKG. Modifikasi cuaca adalah tindakan memanipulasi atau mengubah cuaca secara sengaja.

"Bentuk modifikasi cuaca yang paling umum adalah penyemaian awan, yang meningkatkan curah hujan, biasanya untuk tujuan meningkatkan pasokan air setempat atau mengurangi intensitas hujan tidak ekstrem sehingga tidak menyebabkan bencana hidrometeorologi," papar Guswanto Pada prinsipnya, lanjut Guswanto, teknologi modifikasi cuaca yang dilakukan BMKG berbasis sains dan teknologi.

Salah satu metode paling umum digunakan BMKG adalah cloud seeding atau penyemaian awan, dimana bahan kimia tertentu seperti perak iodida atau natrium klorida (garam) disebarkan ke dalam awan.

"Harapannya mempercepat proses pembentukan hujan melalui pemberian inti kondensasi dari bahan semai yang digunakan," bebernya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Viral, Video Pengantin Lempar CD ke Atap untuk Redakan Hujan Saat Hajatan, Ini Kata BMKG dan Sosiolog", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/tren/read/2025/02/22/093000965/viral-video-pengantin-lempar-cd-ke-atap-untuk-redakan-hujan-saat-hajatan?page=all#page2.


Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
101.1 fm
103.5 fm