SonoraBangka.id - Jenazah Redho Tri Agustian direncanakan akan dimakamkan pada hari ini di Pangkalpinang.
Ia adalah korban mutiliasi pada beberapa waktu lalu di Sleman Yogyakarta.
Redho Tri Agustian dibunuh secara sadis, dan mayatnya dimutilasi.
Para pelaku pun berhasil ditangkap dan telah mengakui perbuatannya.
Setelah lama menunggu, kini pihak keluarga Redho Tri Agustian, mahasiswa korban mutilasi di Sleman, sudah mendapatkan titik terang terkait jadwal kepulangan jenazah anak bungsu dari tiga bersaudara tersebut, Sabtu (5/8/2023).
Kabar dipulangkannya jenazah Redho disampaikan ayah Redho Tri Agustustian yakni Abdullah, saat ditemui Bangkapos.com di Masjid Jami'al Ihsan, Pangkalbalam, Kota Pangkalpinang, Bangka Belitung.
"Iya informasi hari ini datang, sekitar habis Zuhur lah sepertinya. Ini juga di masjid lagi ngurus lah, biar kalau datang bisa langsung disalatkan. Jadi, minta doanya juga," ujar Abdullah.
Pantauan Bangkapos.com, suasana rumah Redho Tri Agustian yang berada di Kecamatan Pangkalbalam, Kota Pangkalpinang tampak ramai.
Keluarga dibantu warga mulai menyusun kursi dan membangun tenda.
Bendera hijau duka cita juga telah dipasang di halaman depan rumah Redho Tri Agustian.
Melakukan Penelitian
Pihak Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ( UMY) membantah terkait mahasiswanya, Redho Tri Agustian yang menjadi korban mutilasi di Sleman adalah seorang LGBT.
Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Wakil Rektor V Bidang Kerjasama dan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ( UMY), Prof Dr Achmad Nurmandi.
Beliau mengatakan bahwa mahasiswa UMY yang berasal dari Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung itu sedang melakukan penelitian terkait kelompok LGBT.
Sehingga bisa dipastikan bahwa korban bukanlah bagian dari kelompok tersebut.
Korban memang diharuskan bersinggungan dengan kedua tersangka lantaran tuntutan dari penelitian yang sedang ia lakukan.
"Jadi memang sedang meneliti orang harus mencari informasi, mungkin masuk to ke kelompok kayak gitu itu," papar Prof Dr Achmad Nurmandi, Kamis (27/6/2023), dikutip dari Kompas.com.
Kelompok yang diteliti korban tidak hanya LGBT, namun juga diduga merupakan kelompok radikal yang ada di Yogyakarta.
Penelitian tersebut sudah berjalan selama 3 bulan.
"Ya indikasinya seperti itu lho kalau misalnya dia itu LGBT ndak mungkin."
"Nggak sejajar kok itu kan pengangguran kabeh sik pelaku. Kalau LGBT itu kan sejajar mahasiswa dengan mahasiswa," bebernya.
Prof Dr Achmad Nurmandi juga menegaskan bahwa korban tidak memiliki penyimpangan seksual dan masuk kelompok LGBT.
"Kita mencari informasi apa yang dialakukan termasuk riset. Kita kan sedang cari, mendalami toh dia sudah masuk keberapa informan segala macam. Karena laptopnya masih di Polda DIY, kita belum tahu," tandasnya.
Korban Mutilasi di Sleman Merupakan Mahasiswa Berprestasi
Kasus pembunuhan yang disertai mutilasi terhadap korban R (20) menjadi perhatian dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ( UMY).
Selain pihak keluarga, UMY saat ini juga tengah menunggu hasil pemeriksaan DNA oleh kepolisian.
Rektor UMY, Gunawan Budiyanto, mengatakan pihaknya menyerahkan sepenuhnya penyelidikan kasus ini ke kepolisian, termasuk dalam hal tes DNA.
“Kami tetap akan menunggu hasil tes DNA dari kepolisian. Karena DNA itu jelas, kepastian valid apakah betul hubungan darah korban dengan pihak keluarga,” ujarnya di hadapan wartawan, Senin (24/7/2023).
Secara pribadi, Gunawan sendiri masih tidak menyangka bahwa korban adalah mahasiswa UMY.
Pasalnya, korban dikenal sebagai mahasiswa yang berprestasi dan bersosialisasi dengan baik di kampus.
“Kita sering merasa sedih, karena korban perilakunya baik. Kita sudah mengumpulkan teman-temannya satu organisasi kemahasiswaan, mereka mengatakan tidak ada yang aneh."
"Bahkan para mahasiswa bilang, korban adalah penerima hibah penelitian dari lembaga kemahasiswaan,” ujarnya.
Rektor menyebut bahwa R adalah mahasiswa yang berprestasi, bahkan sejak dari SMA sudah aktif di kepramukaan.
Hal itu dilanjukan sampai di tingkat kampus.
Selain aktif di pramuka, R juga disebut bersosialisasi dengan baik, misalnya terlibat dalam rapat-rapat mahasiswa.
“Sedih karena anak ini baik-baik saja, dan sering ikut rapat penerimaan mahasiswa baru 2023,” tuturnya.
Gunawan mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya mencoba membuat mekanisme agar kampus bisa dapat memahami masalah yang dialami mahasiswa.
Menurutnya masalah keterlambatan kuliah, terlambat ikut ujian atau mengumpulkan tugas, termasuk kesulitan ekonomi adalah hal yang umum ditemukan di sebuah kampus.
Namun masalah yang sifatnya pribadi jarang terungkap.
“Bagi kami peristiwa mutilasi ini menyadarkan kita bersama bahwa ternyata kampus harus lebih bisa memahami kondisi psikologis mahasiswa,” katanya.
Maka dari itu, saat ini UMY tengah melakukan rekrutmen untuk program konselor sebaya.
Ditargetkan akan ada 1000 konselor sebaya yang akan aktif mendampingi dan menampung keluhan mahasiswa.
Dengan demikian, harapannya tak akan ada lagi kasus seperti ini, mahasiswa dapat saling berbagi, dan dapat menyelesaikan masalah yang dialami.
“Ini yang akan kita lakukan,mudah-mudahan ini bisa memetakan kejiwaan dari mahasiswa,” tukasnya.
Artikel ini telah tayang di BangkaPos.com dengan judul Redho Tri Agustian Akan Dimakamkan Hari Ini, Mahasiswa UMY Itu Dimutilasi saat Sedang Meneliti, https://bangka.tribunnews.com/2023/08/05/redho-tri-agustian-akan-dimakamkan-hari-ini-mahasiswa-umy-itu-dimutilasi-saat-sedang-meneliti?page=all.