"Artinya terlalu jauhlah kita bicara food estate yang masih memerlukan prosedur dan waktu yang cukup panjang kedepannya. Kenapa justru kita tidak memanfaatkan potensi lahan sawah kita di Bangka Belitung, yang hari ini terbengkalai tidak terkelola secara maksimal yang luasannya mencapai kurang lebih 22. 400 hektar," keluhnya.
Selain itu, dikatakan Mansah dirinya sudah sering menyampaikan di rapat teknis bersama OPD dan dinas terkait bahkan disampaikn juga di berbagai media.
Terkait Bangka Belitung yang masih sangat bergantung dengan daerah luar.
"Ketersedian bahan pokoknya terutama dari wilayah Sumatra dan Pulau Jawa, artinya kita belum bisa swasembada pangan. Padahal kita memiliki puluhan ribu hektar lahan sawah yang bisa di tanami padi, untuk pemenuhan kebutuhan beras kita," jelas Anggota Dewan Babel dari Bangka Barat ini.
Lebih jauh, dikatakan Mansah saat ini, Bangka Belitung juga memiliki ratusan ribu hektar perkebunan kelapa sawit yang bisa diintegrasikan dengan peternakan sapi.
Untuk pemenuhan kebutuhan daging di Bangka Belitung.
"Selain itu cabai dan sayur mayur masih banyak didatangkan dari luar, sehingga lagi lagi menjadi pemicu inflasi di negeri ini. Sampai hari ini semua itu belum termanfaatkan secara optimal potensi alam yang kita miliki," keluhnya.
Padahal setiap tahun, dikatakan Mansah pada musim-musim barat, sering mengalami dan mengeluhkan terhambatnya pasokan bahan pokok, penting dari luar karena terkendala cuaca dan proses pengangkutan.
"Bisakah kita membayangkan jika force mayor terjadi di luar sana. Artinya otomotis kita akan kesulitan bahan pangan karna status kita masih berpotensi krisis bahan pangan. Penduduk Bangka Belitung hari ini sudah mendekati 1,5 juta jiwa. Artinya cukup banyak orang yang perlu makan, ini harus kita pikirkan bersama-sama," jelasnya.
Ia mengatakan, jangan sampai penduduk Bangka Belitung ini kelaparan karena tdak ada bahan pangan.