Ilustrasi
Ilustrasi ( )

Ini Sejarah Perayaan Maulid Nabi di Indonesia Termasuk Bangka Belitung

27 September 2023 20:38 WIB

Dikutip dari buku 'Pro dan Kontra Maulid Nabi' karya AM Waskito, sejarah peringatan Maulid Nabi sudah berlangsung sejak ribuan tahun lalu.

Salah satu pandangan yang dikenal berasal dari Syekh Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar as-Suyuthi (wafat 991 H), yang menggolongkan perayaan Maulid Nabi sebagai praktik yang melibatkan pembacaan ayat-ayat Al-Qur'an, pembacaan sirah nabawiyah, dan diakhiri dengan makan bersama.

Menurutnya, ini adalah perbuatan Bid'ah Hasanah yang membawa pahala, karena memuliakan Nabi dan menunjukkan kebahagiaan atas kelahirannya.

Namun, menurut beberapa riwayat, orang pertama yang mengadakan perayaan Maulid Nabi adalah Raja Mudhaffar, seorang penguasa yang mulia di Irbil.

Imam Suyuthi dalam kitabnya menyatakan bahwa Raja Mudhaffar adalah orang yang pertama kali mengadakan seremonial perayaan Maulid Nabi.

Syekh Muhammad bin Ali asy-Syaukani (wafat 1250 H) juga menyatakan bahwa yang pertama kali mengadakan perayaan Maulid Nabi adalah Raja Mudhaffar Abu Said Kuukuburi.

Selain itu, Syekh Hasan as-Sandubi, sejarawan Islam asal Mesir, berpendapat bahwa yang pertama kali mengadakan perayaan Maulid Nabi adalah Dinasti Fatimiyah, yang diprakarsai oleh Ubaid al-Mahdi.

Dalam sejarahnya, Dinasti Fatimiyah tidak hanya merayakan Maulid Nabi, tetapi juga berbagai perayaan lainnya, seperti hari kelahiran Sayyidina Ali, maulid Sayyidah Fatimah, maulid Sayyidina Hasan dan Husain, dan lainnya.

Seiring berjalannya waktu, perayaan-perayaan ini terus berkembang dan menjadi semakin meriah. Namun, setelah runtuhnya Dinasti Fatimiyah, para raja dan ulama dari kalangan Ahlussunnah wal Jamaah (sunni) memodifikasi beberapa praktik yang tidak sesuai dengan syariat Islam, sementara tetap mempertahankan perayaan Maulid Nabi.

Namun juga terdapat pihak lain yang mengatakan bahwa Sultan Salahuddin Al-Ayyubi adalah orang yang pertama kali mengadakan Maulid Nabi.

Sultan Salahuddin pada kala itu membuat perayaan Maulid dengan tujuan membangkitkan semangat umat islam yang telah padam untuk kembali berjihad dalam membela islam pada masa Perang Salib.

Bukan Sekadar Perayaan

Maulid Nabi bukanlah sekadar perayaan biasa. Lebih dari itu, ini adalah kesempatan berharga bagi umat Islam untuk memahami ajaran dan teladan Nabi Muhammad SAW yang menjadi panutan dalam kehidupan mereka.

Allah SWT telah memberikan nikmat terbesar kepada umat akhir zaman dengan mengutus Nabi yang paling mulia dan sempurna dalam segala hal.

Beliau adalah suri tauladan bagi seluruh umat manusia. Ucapannya selalu penuh dengan kelembutan, perilakunya sangat sopan, dan sikapnya penuh dengan teladan dan kebenaran.

Pada hari Senin, tanggal 12 Rabiul Awal, Rasulullah SAW dilahirkan ke dunia ini.

Kelahirannya tidak hanya membawa rahmat bagi manusia, tetapi juga seluruh alam semesta merasakan berkah atas kedatangannya.

Langit dan bumi bersukacita. Tanah yang sebelumnya gersang dan tandus menjadi subur dan makmur.

Pohon-pohon yang tidak pernah berbuah sebelumnya tiba-tiba menghasilkan buah dengan sukacita atas kelahiran sosok yang kelak akan menjadi pemimpin umat manusia, seorang Nabi dan Rasul.

Pada saat yang sama, Allah SWT juga menunjukkan kesucian dan keagungan-Nya. Kebenaran telah datang dan kebatilan akan segera lenyap.

Tanda-tanda ini tercermin dalam hancurnya simbol-simbol kesyirikan.

Misalnya, api suci yang disembah oleh orang-orang Majusi di kuil pemujaan Persia, yang sebelumnya tidak pernah padam, tiba-tiba padam.

Barhala-barhala kokoh di Kakbah, Makkah, tiba-tiba runtuh.

Para ahli nujum meramal bahwa ini adalah peringatan akan datangnya bencana dan siksa.

Kejadian serupa terjadi di berbagai tempat, termasuk kerajaan Romawi, di mana patung-patung dan lambang kesyirikan tiba-tiba hancur.

Semua ini adalah bukti dari kekuasaan Allah yang luar biasa. Semua yang ada akan binasa dan hanya Dia lah yang memiliki kekuasaan mutlak.

Sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah ini ditampakkan pada hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Oleh karena itu, bulan Rabiul Awal menjadi sangat bersejarah bagi umat Islam, penuh dengan momen-momen istimewa dan tanda-tanda kebesaran Allah.

Hari di mana Nabi yang paling mulia dilahirkan dan ajaran tauhid kepada Allah yang sebelumnya terlupakan, kembali ditegakkan dan disebarkan.

Saat ini, semua kisah heroik ini telah menjadi sejarah dalam Islam yang akan selalu diingat.

Umat Islam bersyukur kepada Allah atas diutusnya Nabi yang sempurna ini dan merayakan hari kelahirannya sebagai bentuk penghormatan dan syukur kepada Sang Pencipta.

Dalam setiap perayaan Maulid Nabi di bulan Rabiul Awal, umat Islam mengenang dan merayakan kelahiran Nabi sebagai cahaya hidayah.


Artikel ini telah tayang di BangkaPos.com dengan judul Sejarah Perayaan Maulid Nabi di Indonesia Termasuk di Bangka Belitung, Serta Awal Mula Dirayakan, https://bangka.tribunnews.com/2023/09/27/sejarah-perayaan-maulid-nabi-di-indonesia-termasuk-di-bangka-belitung-serta-awal-mula-dirayakan?page=all.

SumberBangkapos.com
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
101.1 fm
103.5 fm
105.9 fm
94.4 fm